Upaya Pelestarian Terumbu Karang Demi Kelangsungan Ekosistem Laut

 

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar akan sumber daya laut yang kaya dengan  berbagai ekosistem  laut,  seperti  terumbu  karang.  Ekosistem  terumbu karang mempunyai  manfaat  yang  bermacam-macam,  yaitu  sebagai  sumber  makanan  bagi manusia,  digunakan  sebagai  obat-obatan,  sebagai  objek  wisata  bahari,  untuk  bahan bangunan,  dan sebagai  penahan  gelombang  untuk  melindungi pantai  dari abrasi.  Di balik potensi tersebut,  aktivitas manusia dalam rangka memanfaatkan  potensi  sumber daya  alam  di  daerah  pantai,  baik  secara  langsung  maupun  tidak  langsung,  sering merusak ekosistem terumbu karang. Dengan meningkatnya kerusakan terumbu karang, makin menurun pula  fungsi terumbu  karang sebagai pelindung pantai  dari hantaman ombak serta berkurangnya tempat perkembang biakan biota laut lainnya. Pengelolaan terumbu karang tidak hanya dipercayakan  kepada salah  satu  instansi saja, melainkan harus dilaksanakan secara terpadu, termasuk masyarakat pengguna. Tanpa keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, termasuk ekosistem terumbu karang, maka pelaksanaanya  tidak  akan  berhasil.  Masyarakat  menganggap  pengelolaan terumbu karang hanya instansi pemerintah saja, sehingga peran masyarakat dalam memanfaatkan potensi  terumbu  karang  disertai  pengelolaan  untuk  menjaga  kelestariannya  masih kurang.

Pengertian Terumbu Karang

Terumbu  karang  merupakan  pelindung  fisik  terhadap  pantai.  Apabila  terumbu karang  dirusak  atau  pun  diambil  karang  serta  pasirnya  secara  berlebihan,  maka pertahanan pantai pun  akan jebol. Akibatnya, pantai akan terus terkikis  oleh pukulan ombak, bahkan pulau kecil pun akan hilang tenggelam seperti pada pulau Ubi di teluk Jakarta. Sebagai sumber daya hayati, terumbu karang dapat pula menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara, dan sebagainya. Banyak di antara biota penghuni terumbu karang mempunyai nilai niaga yang penting. Salah satunya yaitu alga atau yang lebih dikenal dengan nama rumput laut. Dari 555 jenis alga yang terdapat di Indonesia, ada 58 jenis alga yang dimanfaatkan untuk bermacam keperluan, mulai dari makanan  ternak,  agar-agar, dan  sebagainya.  Selain alga,  ada  berbagai macam  biota-biota  laut lainnya.  Di  antaranya, udang  karang, kerang  mutiara, dan  ikan. Ikan  dari terumbu karang  yang  penting  dalam perikanan  kita yaitu  ikan ekor  kuning dan ikan pisang-pisang.  Selain  itu,  di  terumbu  karang  banyak  sekali  jenis-jenis  ikan  yang warnanya indah dan mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi sebagai ikan hias. Terumbu  karang  yang  masih  utuh  mempunyai  nilai  estetika  yang  tinggi  dan  dapat dimanfaatkan untuk mendorong  industri  pariwisata laut.  Melihat pentingnya terumbu karang baik  dari nilai ekonomi maupun  ekosistem, maka sangat  perlu untuk menjaga kelestariannya.  Salah  satu  ancaman  terbesar  yang  sangat  memprihatinkan  adalah semakin banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab mencari ikan dengan cara yang mudah dan merusak kelestarian lingkungan. Demikian pula dampak negatif yang dapat  diakibatkan  oleh  penambang  karang  dan  pasir  dari  terumbu  karang.  Sekali terumbu  karang  rusak,  maka  akan  sulit  dan  memerlukan  waktu  yang  lama  untuk memulihkannya  kembali.  pertumbuhan  karang  batu  sangat  lambat,  hanya  beberapa sentimeter saja pertahun. Terumbu karang yang kita lihat ini adalah hasil karang batu selama ribuan tahun. Untuk melindungi terumbu karang ini telah dikeluarkan ketentuan konversasinya,  tetapi  yang  lebih  penting  lagi  adalah  agar  kita  semua  dapat  ikut menyelamatkan warisan yang nilainya sangat tinggi

Formasi Terumbu Karang

Pada dasarnya, ada golongan jenis terumbu karang yang masing-masing terbentuk berdasarkan topografi struktur di bawahnya, antara lain:

  • Karang atoll tumbuh sebagai koloni karang di puncak gunung berapi di bawah laut yang muncul dari dasar laut. Selama beberapa waktu, tumpukan kerangka karang  meluas  kea  rah  luar.  Bentuknya  seperti  kue  donat  yang  mengikuti bentuk  puncak  gunung  api.  Karena  itulah  atoll  yang  terbentuk  biasanya memiliki  laguna  di  tengahnya  atau  kaldera  gunung  berapi. Bentuk  karang seperti ini biasanya ditemukan di Pasifik Selatan, termasuk di kepulauan Tahiti.
  •  Karang  penghalang  atau  barrier  reef  terbentuk  dari  bentangan  pantai  yang dangkal  dan  tidak  memiliki  sungai  atau  faktor  lain  yang  menghalangi pertumbuhan terumbu  karang. Terumbu  dan daratan dipisahkan  oleh laguna dangkal,  tetapi  kadang  cukup  dalam  sehingga  dapat  dilalui  kapal.  Laguna antara Great Barrier dan pesisir timur laut Australia lebarnya berkisar antara 16 dan 160  km, dan ini merupakan karang penghalang  terbesar di bumi dan paling menakjubkan.
  • Terumbu karang pantai atau fringing reef yang melebar ke arah laut dari pantai sering  kali  mengikuti bentuk  luar  pulau.  Pinggiran  terumbu  karang  banyak terdapat di  sekitar pulau  yang bentuknya hamper  datar di  kawasan Karibia. Dalam hal ini, terumbu hanya tumbuh di tempat-tempat  pecahnya ombak  di pantai dalam keadaan tertentu, misalnya kedalaman, kekeruhan air, atau yang rendah kadar garamnya dan menciptakan celah yang bisa ditutup oleh karang

Beberapa bentuk eksploitasi yang sangat merusak.

pemanfaatan ekosistem terumbu karang cenderung mengarah kepada tindakan eksplotasi yang berlebih dan merusak. Mulai dari pengambilan koloni karangyang masih muda untuk sebagai bahan bangunan, penangkapan ikan karang dengan menggunakan sianida dan bom, merupakan beberapa contoh jenis eksploitasi yang sangat merusak, karena laju pertumbuhan karang tidak sejalan dengan laju eksploitasinya.

Adapula jenis pemanfaatan melalui bidang pariwisata, hal ini pun juga tetap mengandung resiko terjadinya kerusakan walaupun dalam tingkat atau skala yang lebih kecil, antara lain pengambilan karang dan organisme lain sebagai souvenir, dan pematahan karang oleh penyelam pemula atau yang belum berpengalaman dan buangan sampah . Ancaman manusia terhadap terumbu karang, indikasi yang timbul, dan beberapa kemungkinan penanganan yang bisa dilakukan tampak di Tabel di bawah ini

Ancaman manusia terhadap terumbu karang, indikasi yang timbul, dan beberapa kemungkinan penanganan yang bisa dilakukan

Upaya  Menumbuhkan  Kesadaran  Masyarakat  Untuk  Berperan  Dalam Pengelolaan Terumbu Karang 

Dalam  rangka  pengelolaan  ekosistem  terumbu  karang,  di  samping  penerapan peraturan  perundangan,  perlu  pula  disertai  upaya-upaya  menumbuhkan  kesadaran masyarakat  untuk  berperan  dalam  pelestarian  ekosistem  terumbu  karang.  Adapun kebijakan  pemerintah  yang  diprogramkan  untuk  peningkatan  kesadaran  masyarakat pantai (Romana, 2001), adalah sebagai berikut:

  1. Melakukan  pendidikan,  pelatihan,  dan  pembimbingan  moral  kepada  para pelaksana yang terkait dengan konversasi.
  2. Mengembangkan saran dan prasarana yang diperlukan.
  3. Menyebarluaskan arti konversasi ekosistem terumbu karang dalam  kaitannya dengan kegiatan di masyarakat dengan segala aspek kebudayaan.
  4. Menyebarluaskan  teknik  pemanfaatan  sumber  hayati  laut  dan  ekosistem terumbu karang secara lestari dan budi daya.
  5. Melakukan pengawasan dan pembandingan terhadap sumber daya hayati yang telah langka dan kritis
  6. Meningkatkan penyuluhan  dan menumbuh  kembangkan keadaan masyarakat akan  tanggung  jawab dalam  pengelolaan  sumber  daya terumbu  karang  dan ekosistemnya, melalui bimbingan, pendidikan, dan pelatihan tentang ekosistem terumbu karang

Penanaman karang dengan bantuan manusia bisa sangat membantu dalam pelestarian terumbu karang.

 



PENUTUP

Melihat pentingnya terumbu karang bagi ekosistem maupun sebagai sumber daya ekonomi,  maka  perlu  untuk  menjaganya.  Salah  satu  ancaman  terbesar  yang  sangat memprihatinkan  adalah  semakin banyak  dan  semakin meluasnya  penggunaan  bahan peledak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan bermaksud mencari ikan dengan cara yang mudah. Pada prakteknya, peran masyarakat dalam  pelestarian terumbu karang masih kurang. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperan dalam pelestarian terumbu karang tidak terlepas dari faktor tingkat pendidikan dan ekonomi. Penyebab lainnya  adalah kurang disosialisasikannya  peraturan lingkungan  hidup dan tidak adanya tindakan tegas terhadap pelanggar.

Upaya  untuk  meningkatkan  kesadaran  masyarakat  yang  telah  dilakukan  adalah mengadakan penyuluhan, tetapi penyuluhan yang dilakukan ialah mengenai lingkungan hidup secara umum, sedangkan penyuluhan khusus mengenai terumbu karang hampir tidak  pernah  ada upaya lain  yang dilakukan  ialah memberikan bimbingan  mengenaipemanfaatan sumber hayati laut dan ekosistem terumbu karang secara lestari dan budi daya. Hal ini tidak dipatuhi oleh masyarakat karena masyarakat biasanya menginginkan hasil yang besar dan cepat sehingga pendapatannya juga besar. 

Untuk  itu,  perlu  diupayakan  pengembangan  mata  pencaharian  alternative  yang bersifat berkelanjutan bagi masyarakat yang selama ini memanfaatkan sumber daya dari terumbu  karang,  dan  lebih  disosialisasikanya  peraturan  lingkungan  hidup  dan diperlukannya  pula keberanian  untuk mengambil  tindakan  tegas terhadap  pelanggar. Dan  yang  paling utama  adalah menumbuhkan  kesadaran  masyarakat  untuk berperan dalam pelestarian ekosistem terumbu karang dan memberikan pemahaman  yang kuat kepada  masyarakat  bahwa kelestarian  terumbu karang  sangat berarti  bagi  kehidupan masyarakat sekarang dan generasi yang akan datang

 

DAFTAR PUSTAKA

Anugerah, Nonci. Laut Nusantara, Jakarta: Percetakan Ikrar Mandiriabadi, 2005.

Ariwidodo,  Eko. Relevansi  Pengetahuan  Masyarakat Tentang  Lingkungan dan  Etika   Lingkungan Dengan Partisipasinya Dalam  Pelestarian Lingkungan,  Nuansa. Vol.   11, No. 1.

 Dewi, N. E, S. dan Sofia, Mansoor. Kehidupan Terumbu Karang, Bandung: PT. Remaja   Rosdakarya, 2006.

Ellen, Tjandra. Mengenal Laut Lepas, Bogos: Pakar Media, Oktober 2011.

Komentar